Selasa, 20 Maret 2012

Buku, Buku, Buku!

Sutan Sjahrir - Demokrat Sejati, Pejuang Kemerdekaan - 1909-1966

Penulis: H. Rosihan Anwar
Penyunting: Sabam Siagian
Terjemahan Bahasa Inggris: Mien Joebhaar
Penyunting Bahasa Inggris: Klarijn Anderson-Loven
Pengantar: Jaap Erkelens
Kata Pengantar: Dr. Ignas Kleden - Sutan Sjahrir: Etos Politik Dan Jiwa Klasik
Penerbit: Penerbit Buku Kompas dan KITLV Press
Cetakan: I, Februari 2010
Tebal: 176 halaman

Menurut Pengantar dari Jaap Erkelens, buku Sutan Sjahrir - Demokrat Sejati, Pejuang Kemerdekaan (True Democrat, Fighter for Humanity) - 1909-2006 adalah buku ketiga dan terakhir dari rangkaian buku untuk mengenang "satu abad" Bung Karno (2001), Bung Hatta (2002), dan Bung Sjahrir (2009). Terkait dengan seratus tahun kelahiran ketiga tokoh tersebut, ketiga buku tersebut masing-masing memuat seratus foto secara kronologis, sekaligus melengkapi kisah yang tertulis. Meskipun ada catatan mengenai pemilik atau sumber foto, sayangnya tidak terlacak fotografer atau the man behind the camera dari foto-foto tersebut. Buku ini ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris sekaligus.

Ignas Kleden dalam pengantarnya menyebutkan bahwa dari tulisan-tulisan Sutan Sjahrir timbul kesan bahwa bagi Sjahrir, politik merupakan perkara yang tak terelakkan dalam hidupnya. Bagi Sjahrir, politik tidak untuk merebut kekuasaan dan memanfaatkan kekuasaan itu.

Riwayat hidup dan pemikiran Sutan Sjahrir sudah diterbitkan dalam berbagai buku. Rosihan Anwar melengkapi kisah hidup Sjahrir sejak lahir hingga wafat dengan kisah-kisah di seputar kehidupan Sjahrir dan kondisi pada zaman itu. Pekerjaan Rosihan sebagai wartawan sejak jaman pendudukan Jepang memberinya kesempatan bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan--tentunya termasuk Sutan Sjahrir-- dan menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Republik Indonesia, seperti perundingan dan penandatanganan Perjanjian Linggarjati.

Sjahrir lahir di Padang Panjang, 5 Maret 1909. Sjahrir digambarkan berperawakan pendek: 1,60 cm lebih sedikit, punya bakat untuk gemuk, suka tertawa lepas, dengan sorotan mata ramah dan bersahabat.

Sjahrir disekolahkan di Europeesche Lagere School (ELS) dan kemudian di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Medan. Selanjutnya Sjahrir meneruskan pendidikannya ke Algemene Middelbare School (AMS) Westers Klassieke Afdeling (jurusan Budaya Barat Klasik atau jurusan A) di Bandung. Sekolah setingkat SD, SMP, dan SMA tersebut menggunakan bahasa Belanda.

Sewaktu di AMS, Sjahrir aktif dalam pergerakan organisasi Pemuda Indonesia yang kelak berkembang menjadi Indonesia Muda. Ia ikut mendirikan perguruan nasional "Tjahja Volksuniversiteit" (Universitas Rakyat "Tjahja") dalam usaha pemberantasan buta huruf mendidik anak-anak pribumi. Soekarno--insinyur tamatan Technische Hooge School (Sekolah Tinggi Teknik) serta 8 tahun lebih tua dari Sjahrir--, adalah pemimpin partai nasionalis bersemangat tinggi dan tinggal di Bandung. Soekarno pernah diundang berceramah dalam sebuah pertemuan pelajar sekolah menengah yang dipimpin oleh Sjahrir.

Setamat dari AMS Bandung, Sjahrir belajar di Fakultas Hukum Gemeente Universiteit van Amsterdam dan kemudian mendaftar ke Universiteit Leiden. Dia jarang mengikuti kuliah, tetapi serius mempelajari Sosialisme. Sjahrir bersahabat dengan Salomon Tas, Ketua Klub Mahasiswa Sosial-Demokrat, dan Maria Duchâteau--istri Sal-- yang kelak dinikahi Sjahrir di Medan. Pernikahan ini hanya sebentar; orang Belanda memaksa Maria kembali ke Negeri Belanda.

Di Negeri Belanda, Sjahrir bertemu dengan Mohammad Hatta yang belajar di Sekolah Tinggi Ekonomi di Rotterdam. Hatta adalah ketua Perhimpoenan Indonesia, organisasi mahasiswa yang didirikan tahun 1908. Sjahrir bergabung dan menjadi sekretaris perhimpunan pada Februari 1930.

Sementara itu, Ir. Soekarno ditangkap dan dipenjarakan pada akhir Desember 1929. Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin Soekarno dibubarkan. Kader yang menentang pembubaran PNI membentuk wadah baru Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI-Pendidikan atau PNI-Baru. Sjahrir dan Hatta berpendapat bahwa mereka harus membantu PNI-Pendidikan. Pada akhir Desember 1931, Sjahrir tiba di Bandung.

Pada bulan Agustus 1932, Hatta kembali ke Tanah Air dan mengambil alih kepemimpinan PNI-Pendidikan. Sjahrir mengurangi keterlibatannya di PNI-Pendidikan dan berencana melanjutkan studi ke Negeri Belanda. Ternyata rencana itu tidak pernah terlaksana. Tahun 1934 Belanda menangkap 13 orang aktivis PNI-Pendidikan termasuk Hatta dan Sjahrir. Tanggal 23 Januari 1935 mereka diangkut ke Boven Digoel. Tahun 1936-1942 Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira, Maluku.

Surat-surat Sjahrir ke istrinya Maria Duchâteau selama dalam tahanan dan pembuangan disunting dan dibukukan dengan judul Indonesische Overpeinzingen (1945). Buku tersebut diterjemahkan oleh HB Jassin dengan judul Renungan Indonesia (terbit 1947 dan 1951). Kelak buku tersebut dan tulisan Sjahrir dalam buku Out of Exile (1948) diterbitkan dengan judul "Renungan dan Perjuangan" (Penerbit Djambatan dan Dian Rakyat, 1990)--buku yang membuatku terpukau pada Sjahrir.

Selama masa pendudukan Jepang, Sjahrir bekerja di bawah tanah, mendengarkan siaran radio luar negeri. Pada waktu itu, Jepang menyegel dan menyensor radio. Sebagian orang--termasuk Soekarno-- meremehkan pekerjaan Sjahrir yang mendengarkan radio secara diam-diam. Tapi Sjahrir dan pengikut-pengikutnya menganggap penting mendapatkan informasi yang benar di saat yang tepat. Pada bulan Agustus 1945, Sjahrir menyampaikan informasi kepada Hatta bahwa Jepang telah kalah perang. Namun Soekarno dan Hatta belum percaya dan mencari konfirmasi dari pembesar/panglima Jepang.

Pada tanggal 14 November 1945, Sjahrir terpilih sebagai Perdana Menteri. Tahun 1946 dilakukan perundingan di Linggarjati, Jawa Barat. Republik Indonesia diakui de facto berkuasa di Jawa Dan Sumatera. Republik Indonesia dengan negara-negara bagian bentukan Belanda akan membentuk Negara Indonesia Serikat. Pada 27Juni 1946 di Solo, Sjahrir diculik kelompok Tan Malaka yang menentang politik diplomasi dengan Belanda. Perjanjian Linggarjati ditandatangani di Jakarta pada 25 Maret 1947. Sjahrir menjabat sebagai Perdana Menteri sampai dengan 27 Juni 1947--kecuali selama satu bulan dalam tahun 1946.

Belanda melakukan serangan umum militer pada tanggal 21 Juli 1947. Pertengahan Agustus 1947, Sjahrir berbicara di depan sidang Dewan Keamanan PBB, membantah Menteri Luar Negeri Belanda dan menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah mempunyai kelengkapan sebagai negara seperti pemerintah, wilayah, dan tentara. Akhir 1947 Belanda-Indonesia berunding lagi. Perjanjian Renville ditandatangani pada 17 dan 19 Januari 1948, mengakibatkan penarikan kantong TNI di Jawa Barat mundur ke Jawa Tengah.

Belanda melakukan serangan umum militer kedua pada tanggal 19 Desember 1948 di tengah berlangsungnya perundingan antara Komisi Tiga Negara PBB dan Delegasi RI di Kaliurang. Pimpinan Pemerintah RI di antaranya Soekarno, Hatta, Sjahrir diasingkan ke Parapat dan Bangka. Belanda mengklaim bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi. Namun Jenderal Soedirman, Kol. A.H. Nasution, Kol. T.B. Simatupang melanjutkan perang gerilya di Jawa. Kol. Hidayat memimpin perang gerilya di Sumatera.

Amerika Serikat jengkel dengan aksi militer II tersebut dan mendesak Belanda untuk melakukan perundingan. Persetujuan Van Roijen - Moh. Roem tercapai tanggal 7 Mei 1949. Pemerintah RI kembali berkuasa. Jenderal Soedirman yang berada di daerah gerilya kembali ke Yogya, bergabung dengan Soekarno-Hatta. Konferensi Meja Bundar berlangsung dari 23 Agustus sampai 2 November 1949.

Pada tanggal 27 Desember 1949 penyerahan kedaulatan berlangsung secara serentak di Amsterdam dan Jakarta. Moh. Hatta sebagai PM RIS menandatangani dokumen di Amsterdam. Sedangkan Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Menteri Pertahanan RIS menandatangani dokumen di Jakarta. Soekarno tidak mau hadir pada upacara di Jakarta karena berpendapat bahwa bangsa Indonesia sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945.

Sejak akhir tahun 1949 Sjahrir tidak lagi memegang jabatan resmi kenegaraan. Sebagai warganegara biasa, Sjahrir mengembangkan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang didirikan di Yogyakarta 12 Februari 1948 akibat perbedaan dengan tokoh-tokoh pro komunisme. PSI hanyalah partai kecil, bersifat partai kader; anggotanya terbatas di daerah perkotaan. Pada Pemilu 1955 PSI kalah.

Dalam kehidupan pribadi, pada tahun 1948 Sjahrir bercerai dengan Maria Duchâteau. Pada tanggal 26 Mei 1951 Sjahrir menikah dengan Siti Wahyunah Saleh (Poppy)--mantan sekretarisnya-- di Kairo. Sejak 1949, Poppy belajar ilmu hukum di Universiteit Leiden dan ilmu sosial di London School of Economics. Poppy adalah kakak Soedjatmoko.

Sementara itu, Soekarno semakin berkuasa. Pada 21 Juli 1960 Soekarno menegaskan bahwa PSI dan Masyumi harus dibubarkan. Pada tanggal 16 Januari 1962 Sjahrir dan beberapa orang ditangkap, pada mulanya ditahan di Jakarta, dan kemudian dipindahkan ke tahanan di Madiun. Pada tahun 1962 Sjahrir sempat dirawat di RSPAD Gatot Subroto karena tekanan darah tinggi. Setelah keadaannya membaik, pada tahun 1963 dan 1964 Sjahrir dipindahkan ke penjara Jl. Keagungan dan tahun 1965 dipindahkan ke Rumah Tahanan Militer Jl. Budi Utomo. Kemudian Sjahrir terkena stroke.

Poppy mengusahakan agar Sjahrir bisa berobat ke luar negeri. Soekarno mengizinkan, dengan status Sjahrir tetap sebagai tahanan. Tanggal 21 Juli 1965 keluarga Sjahrir bertolak menuju Swiss. Di Zurich, Sjahrir tidak dapat berbicara, tetapi tetap mengikuti tayangan televisi, mendengarkan siaran radio, membaca surat kabar. Sjahrir tetap mengikuti perkembangan dunia dan keadaan di Indonesia. Setelah koma selama tujuh hari, Sjahrir meninggal dunia pada tanggal 9 April 1966. Sjahrir dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional dan mendapat persetujuan untuk pemakaman negara dengan penghormatan penuh.

Poppy menyetujui pemakaman negara. Jenazah Sjahrir dibawa dengan pesawat terbang melalui Amsterdam, Frankfurt, Kairo, dan Bangkok. Tanggal 17 April 1966, jenazah Sjahrir tiba di bandara Kemayoran dan disemayamkan di rumah duka. Tanggal 19 April 1966 Sjahrir dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Di akhir kata perpisahannya pada pemakaman sahabatnya Sutan Sjahrir, Bung Hatta berpesan:
...
Pemuda Indonesia, tanamlah dalam hatimu: Sjahrir Pahlawan Nasional Indonesia.

Saturday, June 19, 2010

The Miracle of Enzyme

Judul Asli: The Enzyme Factor
Penulis: Hiromi Shinya, MD
Penerjemah: Winny Prasetyawati
Penyunting: Budhyastuti R.H.
Proofreader: M. Eka Mustamar
Penerbit: Qanita
Cetakan: XI, Januari 2010 (cetakan pertama, Agustus 2008)
Tebal: 300 halaman

Dr. Hiromi Shinya adalah seorang spesialis endoskopi gastrointestinal (lambung dan usus). Dari ratusan ribu pengamatan klinisnya, Dr. Hiromi Shinya menemukan bahwa karakteristik usus dan lambung mencerminkan kondisi kesehatan seluruh tubuh. Seseorang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang baik adalah orang yang sehat jasmani dan rohani. Sedangkan seseorang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang buruk biasanya memiliki masalah mental atau fisik.

Tubuh manusia terdiri dari sistem yang sangat rumit, terbentuk dari kira-kira 60 triliun sel. Sel-sel kita cepat atau lambat selalu digantikan oleh sel-sel baru Sel-sel baru ini terbuat dari air dan makanan yang kita makan sehari-hari. Sistem pencernaanlah yang menyerap makanan dan air. Jika kualitas makanan dan air yang kita konsumsi buruk, sistem pencernaanlah yang menderita pertama kali.

Aktivitas tubuh kita didukung oleh banyak enzim. Sekitar 5.000 jenis enzim bekerja dalam tubuh manusia; sebagian dibuat di dalam tubuh (3.000 jenis dibuat oleh bakteri-bakteri usus), dan sebagian lainnya datang dari luar dalam bentuk makanan.

Orang-orang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang baik menyantap bahan makanan segar yang mengandung banyak enzim. Sedangkan orang-orang yang memiliki karakteristik lambung dan usus yang buruk memiliki kebiasaan gaya hidup yang mempercepat habisnya enzim.

Kebiasaan apa saja yang menguras enzim?
▪ menggunakan alkohol dan tembakau;
▪ terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan makanan;
▪ lingkungan yang menyebabkan stres;
▪ penggunaan obat-obatan;
▪ menyantap makanan basi yang memproduksi racun dalam usus besar;
▪ terkena sinar ultraviolet dan gelombang elektromagnetik yang menghasilkan radikal bebas sehingga memerlukan detoksifikasi oleh enzim (di depan komputer terus menerus menyebabkan terpapar gelombang elektromagnetik gak ya?);
▪ stres secara emosi.

Berdasarkan data pengamatannya, Dr. Hiromi Shinya membangun teori adanya "enzim pangkal", sebuah prototipe enzim, asal dari beberapa ribu jenis enzim. Ketika sejumlah besar enzim tertentu digunakan di suatu daerah tertentu di tubuh, sepertinya ada kekurangan enzim di bagian-bagian tubuh yang lain. Jika suatu organ atau bagian tubuh menggunakan persedian enzimnya secara berlebihan, tubuh akan mengalami kesulitan mempertahankan homeostatis (keseimbangan sistem tubuh), memperbaiki sel-sel, dan menjaga sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem kekebalan tubuh.

Oleh karena itu, perlu gaya hidup yang meningkatkan dan bukannya yang menguras enzim tubuh. Menyantap makan yang mengandung enzim menciptakan lingkungan usus yang menyebabkan bakteri-bakteri usus dapat memproduksi enzim. Saat makanan yang mengandung enzim dikonsumsi, enzim pangkal disimpan dalam tubuh, siap digunakan kapan pun dibutuhkan.

Kunci emas untuk hidup sehat dari Dr. Shinya antara lain adalah:
1. Menu makan yang baik, sesuai dengan susunan gigi manusia, terdiri dari 85-90% makanan nabati dan 10-15% protein hewani (sebaiknya dari hewan yang suhu tubuhnya lebih rendah dari suhu tubuh manusia, yaitu ikan).
2. Minum air yang baik (air mineral atau air sadah) 6-10 gelas per hari.
3. Pembuangan yang teratur.
4. Olahraga secukupnya sesuai dengan usia dan kondisi fisik.
5. Istirahat yang cukup dengan tidur 6-8 jam setiap malam (dan 30 menit setelah makan siang!).
6. Pernapasan dan meditasi.
7. Kebahagian dan cinta, seperti menghargai orang lain, tertawa, menyanyi dan menari.

Untuk makanan, diperlukan makanan tambahan berikut:
1. Teh herbal;
2. Tablet rumput laut (kelp);
3. Ragi untuk pembuatan bir;
4. Bee pollen atau propolis madu;
5. Suplemen enzim;
6. Suplemen multivitamin dan mineral.

Sedangkan makanan dan bahan-bahan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Produk-produk susu;
2. Teh hijau Jepang, teh Cina, teh hitam Inggris (1-2 cangkir per hari);
3. Kopi (what?????);
4. Makanan yang manis dan gula (what again?????);
5. Nikotin;
6. Alkohol;
7. Cokelat;
8. Lemak dan minyak;
9. Garam meja biasa (gunakan garam laut).

Obat-obatan tidak dapat menyembuhkan penyakit. Cara mendasar untuk menyembuhkan penyakit terletak pada gaya hidup sehari-hari. Buku ini menjelaskan mengenai makanan yang mengandung enzim dan gaya hidup yang sehat.

Meskipun sudah menyadari pentingnya gaya hidup sehat, tapi untuk menjalankannya ternyata tidak mudah ya. Makanan/minuman yang harus dihindari atau dibatasi koq ya ndilalah makanan/minuman favorit. Hm, tapi menurut Dr Hiromi Shinya, yang penting adalah melakukan apa yang membuat kita bahagia koq.

Tuesday, June 15, 2010

What I Talk About When I Talk About Running

Judul Asli: Hashiru Koto Ni Tsuite Kataru Toki Ni Boku No Kataru Koto
Penulis: Haruki Murakami
Penerjemah dari bahasa Jepang: Philip Gabriel
Penerbit: Vintage, Great Britain
Tahun: 2009 (terbit pertama kali di Jepang: 2007)
Tebal: viii + 181 halaman

Jingu Stadium, 1 April 1978, mendadak terlintas di pikiran Haruki Murakami, "Tahu nggak? Aku kan bisa mencoba menulis novel". Dan begitulah, Murakami kemudian membeli kertas, membeli pena, dan menyelesaikan 200 halaman tulisan tangan novel perdananya (dalam bahasa Jepang) Hear the Wind Sing (dalam bahasa Indonesia "Dengarlah Nyanyian Angin"), yang kemudian disusul dengan Pinball, 1973.

Kedua novel ini dinominasikan untuk Akutagawa Prize, meskipun akhirnya tidak menang sama sekali. Sebelumnya, novel Hear the Wind Sing sudah memenangkan Gunzo Prize. Ketika menulis kedua novel tersebut, Murakami masih berbisnis sebuah klub jazz.

Setelah kedua novel tadi terbit, Murakami memutuskan untuk menutup bisnisnya untuk berkonsentrasi penuh menulis. Karena, menurutnya, ia adalah tipe orang yang komit pada apapun yang dikerjakannya.

Menjadi penulis profesional, berarti duduk seharian menulis. Berat badan Murakami mulai naik. Apalagi Murakami terlalu banyak merokok. Enam puluh batang per hari. Timbul pertanyaan bagaimana menjaga tubuh supaya tetap bugar. Jika ingin menjadi novelis berumur panjang, maka harus mencari cara agar tetap bugar dan menjaga berat badan yang sehat. Murakami mulai berolahraga lari di lapangan Nihon University di dekat rumahnya. Ia pun berhenti merokok. Dan hidup baru yang simpel dan teratur pun dimulai.

Murakami berlatih lari hampir setiap hari jika cuaca memungkinkan. Ia mengikuti lomba-lomba maraton (26,2 mil), triatlon, dan bahkan pernah mengikuti ultramaraton 62 mil. Murakami juga pernah berlari sendirian dari Athena ke Marathon (legenda maraton adalah berlari dari Marathon ke Athena).

Singkatnya, jika mau menulis sesuatu yang besar, maka harus meningkatkan kekuatan dan stamina. Jika sesuatu itu berharga untuk dilakukan, maka akan berharga untuk memberikan yang terbaik dari dirimu--atau bahkan pada beberapa kasus lebih dari yang terbaik dari dirimu.

Murakami pernah ditanya tentang kualitas penting apa yang harus dimiliki oleh seorang penulis novel. Menurutnya, yang jelas adalah bakat. Kemudian: fokus. Dan kemudian adalah daya tahan. Tidak seperti bakat, fokus dan daya tahan dapat diperoleh dan dipertajam melalui latihan.

Menurut Murakami, apa yang diketahuinya tentang menulis, diperolehnya dari berlari setiap hari. Seberapa banyak dapat mendorong diri sendiri? Seberapa banyak istirahat yang diperlukan? Kapan menjadi berpikiran sempit dan tidak fleksibel? Seberapa banyak harus menyadari dunia luar, dan seberapa banyak harus fokus ke dalam? Sampai mana harus yakin pada kemampuan diri, dan kapan harus meragukan diri sendiri?

Hm, sebenarnya dalam melakukan pekerjaan apapun, pertanyaan-pertanyaan tadi juga akan muncul kan? Tapi mungkin dengan berlatih lari setiap hari, tubuh (dan pikiran) jadi lebih peka dan mengenali pertanyaan-pertanyaan yang muncul tadi. Dan mudah-mudahan jadi lebih tanggap untuk mengatasinya. Barangkali.

Bagi pelari seperti Murakami, yang benar-benar penting adalah mencapai tujuan yang ditetapkan sendiri, dengan kekuatan sendiri. Yang penting: puas. Waktu, peringkat, penampilan luar, semua nomor dua. Dan suatu hari, Murakami mengharapkan di batu-nisannya akan tertulis:
Haruki Murakami
1949-20**
Penulis (dan Pelari)
Paling Tidak Ia Tidak Pernah Berjalan

Uh, keren gak sih? O ya, judul buku ini ternyata diambil dari kumpulan cerita pendek Raymond Carver berjudul What We Talk About When We Talk About Love. Dan sedikit catatan mengenai Norwegian Wood (salah satu buku Haruki Murakami yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia) dapat dilihat di sini.

Friday, June 11, 2010

Sebatang Kara

Judul Asli: Sans Familie
Penulis: Hector Malot
Alih bahasa: Tanti Lesmana (dari terjemahan bahasa Inggris "Nobody's Boy")
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, 2010
Tebal: 378 halaman

Sebatang Kara bercerita tentang Remi yang diculik ketika masih bayi, diasuh oleh Ibu Barberin, dijual kepada Signor Vitalis, dan menemukan ibu kandungnya. Bersama dengan Signor Vitalis, Remi mengembara di Prancis dan Italia, mengadakan pertunjukan-pertunjukan bersama hewan-hewan peliharaan. Setting cerita sepertinya adalah Eropa pada abad ke-19. Hector Malot sendiri, sang penulis cerita hidup dari tahun 1830 sampai dengan tahun 1907.

Dulu sekali, tahun 1970-an, cerita ini pernah dimuat secara bersambung di majalah anak-anak "si Kuncung" dengan judul--kalau tidak salah-- "Sendiri Di Dunia". Dulu, cerita ini termasuk favorit saya sampai saya baca berulang-ulang.

Sekarang, meskipun di sana sini terasa kuno, pengembaraan Remi dan teman-temannya ternyata masih lumayan seru untuk dibaca. Pertarungan antara baik dan buruk, perjuangan hidup anak manusia, bersifat universal dan masih berlangsung hingga kini. Meskipun kisah tentang Remi adalah kisah klasik (kalau tidak disebut kuno), hal-hal yang ditemui Remi ternyata masih aktual hingga kini.

Friday, May 14, 2010

Oh My Goodness! Buku Pintar Seorang Creative Junkies

Penulis: Yoris Sebastian
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2010

Judge a book by its cover, maka yang terlihat adalah gambar beberapa orang--salah satunya Andy F. Noya-- yang mungkin sedang mengekpresikan "Oh My Goodness!". Judul .. Seorang Creative Junkies dengan sengaja dibuat keliru (yang benar adalah .. Seorang Creative Junkie). Kemudian, masih soal tampilan, daftar isi, judul bab dan subbab seluruhnya berbahasa Inggris. Buku ini juga tidak menggunakan nomor halaman, yang ternyata adalah ide dari Debbie "Deboy" Novillia (halaman...).

Buku ini membicarakan tentang manajemen kreativitas, baik lingkup diri sendiri maupun lingkup yang lebih luas seperti tim kreatif, tim proyek, atau satu perusahaan. Mengapa perlu kreatif, bagaimana menjadi kreatif, bagaimana agar terus kreatif, dan bagaimana supaya tidak asal kreatif? Artinya, ide yang muncul dapat dilaksanakan, dapat mencapai tujuan atau merupakan solusi, dengan risiko yang sudah diperhitungkan.

Setiap chapter, kecuali Chapter 2, dilengkapi dengan kotak-kotak aktivitas. Setiap akhir chapter dilengkapi dengan judul lagu yang kira-kira mewakili isi chapter, serta ajakan untuk mengirim inspirasi yang diperoleh dari chapter tersebut ke Twitter @yoris.

Secara keseluruhan, buku ini sangat inspiratif, mendorong pembacanya agar terbiasa kreatif dan menciptakan lingkungan yang kreatif.

Sunday, February 21, 2010

1 Liter of Tears


Judul asli: 1 Liter No Namida
Penulis: Aya Kito
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo

Aya-chan menderita Spinocerebellar Ataxia (SCA), penyakit yang menyerang sel-sel penopang sel saraf. Awalnya penderita merasakan tubuhnya melemah. Berangsur-angsur kemampuan motorik penderita menurun. Sampai-sampai Aya-chan mengalami kesulitan menelan makanan, berbicara dan bahkan tersenyum.
"Untuk bisa tersenyum saja rasanya sulit sekali dan capek, karena otot wajahku mengeras."
Aya-chan mulai merasakan gejala penyakit ketika ia berumur 15 tahun (lebih kurang tahun 1978, jika dirunut balik dari tanggal di buku).
Pengalamannya di sekolah, di rumah, dan di rumah sakit, perasaannya yang naik turun, orang-orang di sekitarnya, dituliskan Aya-chan di catatan hariannya. Meskipun sakit, Aya-chan masih membantu pekerjaan rumah tangga yang bisa dikerjakannya seperti mengepel atau membersihkan kandang burung. 1 Liter of Tears dilengkapi dengan tulisan dokter yang merawat Aya serta ibunda Aya-chan. Dari tulisan Shioka Kito (ibu Aya-chan) dapat diketahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang tua yang anaknya menderita sakit parah. Memang terkesan ibunda Aya yang lebih mengurus anaknya. Catatan Aya pun lebih banyak bercerita tentang ibu dan adik-adiknya. Tetapi dari cerita Aya, ayahnya sebenarnya juga mengkhawatirkannya.
1 Liter of Tears tidak bercerita tentang seseorang yang mengasihani diri sendiri. Sesungguhnya 1 Liter of Tears bercerita tentang kebaikan hati dan kasih sayang. Kebaikan hati orang tua ke anaknya, kebaikan hati teman, kakak-adik, guru, pengurus Aya-chan di rumah sakit, orang-orang di sekitar Aya-chan. Juga kepekaan Aya-chan merasakan dan memberi kembali kasih sayang ke orang-orang di sekelilingnya.

Sunday, May 24, 2009

Kunci Rahasia George ke Alam Semesta

Judul asli: George's Secret Key to the Universe
Penulis: Lucy & Stephen Hawking dengan Christophe Galfard
Ilustrasi: Garry Parsons
Alih bahasa: Andang H. Sutopo
Editor: Widi Lugina
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cetakan I: Mei 2009

Ingin berpetualang seru ke ruang angkasa sambil belajar mengenai alam semesta? Ikuti kisah George dengan tetangga misteriusnya Annie dan Eric--ayah Annie--, serta komputer canggih Cosmos.

Sambil mengikuti kisah seru, pembaca juga diberi informasi tentang bintang, bulan, planet, exoplanet, komet, tata surya, lubang hitam. Juga ada pertanyaan: apakah kita memusatkan perhatian untuk memperbaiki kehidupan di bumi dan menghadapi masalah-masalah bumi, atau haruskah kita berusaha menemukan planet lain yang bisa dihuni umat manusia?

Buku ini dilengkapi dengan foto-foto berwarna yang menakjubkan mengenai bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya serta kotak-kotak informasi, yang menambah nilai buku ini. Buku juga dipenuhi ilustrasi dari kisah George sehingga menyiratkan bahwa buku ini untuk anak-anak, padahal di cover belakang khusus disebutkan bahwa buku ini untuk semua umur.

Mungkin ini kesan saya saja: menurut saya, gambar George di ilustrasi buku koq seperti Pangeran Kecil di Le Petit Prince (lebih-lebih kalau George sedang pakai syal), dan gambar Pak Eric mengingatkan saya pada ayahnya Dennis di komik Dennis the Menace (karena kacamata kotak?). Hmm, tidak penting ya? Yang jelas, setelah membaca buku ini saya jadi hapal nama-nama planet di sistem tata surya kita, yaitu: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus.

Betapa alam semesta sangat menakjubkan! ... "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, ..." (sebagian dari s. Ali 'Imraan : 191).

REF:  http://buku-buku-buku.blogspot.com/

KEYWORD:
Buku, Buku, Buku!

0 komentar:

Posting Komentar